Chereads / Love Me or Leave Me (Indonesia) / Chapter 5 - First Kiss

Chapter 5 - First Kiss

Sejak kejadian pertarungan di belakang sekolah . Yan cs mulai menjauh dan terkesan menghindari Azmya. Saat berpapasan pun Yan seolah tidak mengenal Azmya, begitu pula dengan Fadil dan Opick. Itu membuat Azmya merasa tenang dan damai. Begitu juga dengan Jun, Azmya tidak pernah melihat atau mendengar Jun diganggu oleh mereka lagi. Sepertinya gertakannya waktu itu cukup berhasil. Azmya sedikit bisa tenang dengan tidak berurusan lagi dengan mereka.

Tapi Jun, dia seperti mencoba untuk menghindarinya. Setiap kali dia mencoba untuk berbicara, Jun selalu diam dan tak merespon. Entahlah, sejak kejadian di studio musik kemarin, Jun masih belum mau berbicara lagi dengannya. Apa dia malu sama dia, atau justru takut karena dia jago bela diri. Memikirkannya membuat Azmya bad mood.

"Guys, hari ini Pak Tito nggak masuk karena anaknya masuk rumah sakit, jadi dia cuma ngasih tugas buat baca buku paket dan buat sepuluh pertanyaan di kertas!" instruksi Febri sang ketua kelas dan disambut dengan nada kekecewaan dan sedih. Mungkin di kelas ini yang merasa bebas dan bahagia ada jam kosong cuma Azmya seorang. Selebihnya banyak siswa yang merasa kehilangan.

Sungguh kelas yang luaar biasa pikir Azmya. Dia melihat Jun pun tampak langsung

membuka buku paket pelajaran Pak Tito. Dia langsung fokus dan semangat mengerjakannya. Azmya merasa bosan dan malas, dia lebih senang memandangi wajah Jun sambil merebahkan kepalanya di meja menghadap menatap wajah Jun yang terlihat sangat fokus. Dan lama-lama pun penyakitnya sleeping beauty sindromnya kambuh. Sepuluh menit kemudian Azmya pun tertidur dalam posisi masih menghadap ke arah Jun. Dia membuat dengkuran halus yang membuat Jun pun menyadari dirinya tertidur.

Jun tersenyum melihat Azmya tertidur seperti itu, dia tak kuasa menahan rasanya untuk tidak memandangi wajah Azmya lagi. Sebenarnya dia juga tahu, kalau Azmya dari tadi memperhatikannya, hanya saja Jun pura-pura tidak memedulikannya. Dia merasa kalau Azmya memang seperti menyukainya. Tapi Jun tidak mau mengakui dirinya juga menyukai Azmya. Dia cukup merasa tahu diri siapa dirinya dan siapa Azmya.

Dia merasa tidak pantas untuk bisa mengungkapkannya. Dia tidak mau membuat malu Azmya kalau dia sampai saling menyukai dengan anak pedagang biasa di kantin sekolah. Jadi dia akan mencoba menahan diri dan berniat untuk menyukai Azmya diam-diam. Jun pun tanpa sadar merebahkan kepalanya menghadap ke arah Azmya yang tertidur. Sekarang wajahnya saling berhadapan hanya saja Azmya sedang tidur. Dia menatapnya dalam-dalam, dia hanya bisa menatapnya dengan rasa sayang dengan cara ini. Jun tersenyum melihat wajah Azmya yang tertutup poninya.

Reflek dia mengibaskan rambut poninya yang menutup wajah Azmya. Belum sempat tangannya kembali, Azmya membuka matanya perlahan. Dan dengan posisi tidur dan saling berhadapan, mereka sekali lagi saling bertatapan. Baru sepersekian detik mereka tersadar dan langsung bangun bersamaan. Selanjutnya hanya sikap canggung. Mereka berdua malu karena kepergok sendiri.

"Kamu udah selesai nyatatnya belum?tanya Azmya berusaha mencairkan suasana canggung.

"Belum"jawab Jun pendek. Kemudian dia membuka buku catatannya dan mulai sibuk menulis untuk menghilangkan rasa canggung.

"Jun!"panggil Azmya.

"Ya"jawab Jun tanpa menoleh. Hatinya cukup bergetar. Dia takut dia tidak bisa mengendalikan dirinya. Dia masih mencoba untuk menulis lebih tepatnya mungkin mencoret-coret karena dia hanya terlihat berpura-pura.

"Jun!"panggil Azmya kembali. Dia yakin, kalau Jun juga mempunyai rasa yang sama.

"Ya, apa?"jawab Jun masih tidak menoleh ke arah Azmya.

"Kalau gue suka sama loe, gimana?"tanya Azmya langsung.

Pernyataannya itu membuat Jun berhenti menulis. Kemudian dia menoleh ke arah Azmya. Tampak wajah Azmya merona merah sesaat sudah dia mengatakan itu. Lidah Jun seakan kelu, dia terkejut ketika Azmya mengatakan itu secara tiba-tiba. Merasa

tersanjung tapi dia merasa tak berdaya, yang dapat dia lakukan hanya melempar buku paket ke hadapan Azmya.

"Jangan macam-macam, cepat kerjakan tugas, kamu nggak tahu kalo nggak ngerjain tugas Pak Tito kamu bisa dapat nilai D," ucap ketus Jun tidak memedulikan apa yang barusan Azmya utarakan.

Azmya hanya merengut. Jun sama sekali tidak tertarik dengan ucapannya barusan. Padahal seharusnya dia menjawab pertanyaannya itu. Tapi Azmya yakin Jun pasti ada alasannya, dia paham kalau Jun anak yang pintar. Pasti saat ini di dalam pikirannya adalah tugas dan belajar. Tidak mungkin seorang Jun membicarakan hal lain selain pelajaran. Mau tidak mau Azmya mengikuti saran Jun, dia pun segera melakukan hal yang sama yaitu membaca dan menulis tugas.

^^^^^^^^^^^

Azmya tampak mondar mandir di dalam kamarnya. Dia merasa gelisah ketika menerima pesan dari papihnya kalau dia sudah membuat papihnya malu gara-gara berantem dengan Yan.

Dan papihnya memintanya untuk meminta maaf ke Yan, kalau tidak mau dia kesulitan ke depannya untuk bisa sekolah di sana dan lulus di sana.

"Memang dia itu anak manja banget, baru segitu doang sudah ngadu ke orangtua?"umpat serapah Azmya.

Sekarang masalahnya dia pakai ngancam segala, mentang-mentang bapaknya yang punya sekolah.

"Terus kalo sudah begini, sama aja gue menelan ludah sendiri kalau sampai gue minta maaf sama dia." Azmya mendengus kesal.

Untuk malam ini Azmya sungguh dibuat galau. Apa yang harus dia lakukan besok. Minta maaf atau berpura-pura tidak tahu.

Merasa bete sendiri, Azmya mengambil ponsel nya, kemudian dia membuka galeri foto ponsel nya. Dia mencari-cari foto Jun yang sempat dia ambil tanpa sepengetahuan Jun. Foto Jun yang sedang membaca buku di perpustakaan. Azmya tersenyum sambil men zoom foto Jun. Nampak wajah Jun yang sangat berkharisma saat membaca buku. Azmya memandangi foto Jun agar suasana hatinya yang sedang tak keruan bisa sedikit membaik dengan memandangi foto Jun. Tak lama kemudian Azmya pun tertidur dengan posisi masing memegang ponsel.

%%%%%%%%%%%%%%

Bel masuk belum berbunyi saat Azmya masuk ke kelas. Di kelas sudah ramai dengan para siswa, tapi Azmya melihat meja Jun masih kosong. Apakah dia belum datang?

"Azmya, tadi loe dicariin Yan!" ujar Dea.

"Apa?"Azmya semakin kesal dibuatnya. Sekarang Yan sepertinya merasa dia di atas angina. Makanya dia berani nyamperin dia duluan. Begitu pikir Azmya dalam benaknya.

"Katanya kalo loe dah datang, loe disuruh ke studio musik!"ungkap Dea kembali.

"Oke makasih ya."

"Azmya, sepertinya loe punya masalah serius ya sama si Yan, kalo gue saranin sih, baiknya loe buruan minta maaf!"saran Dea.

"Semua sekolah udah pada tau kalo loe ngehajar Yan Cs. Gilaaa gue saluut banget dengan keberanian loe,"ucap Febri langsung dicubit oleh Dea.

"Jadi kejadian itu juga udah nyebar ke semua orang?"jawab Azmya dengan senyuman sinis.

"Gawatnya, Bapaknya juga tahu, loe tahu kan kalau Bapaknya adalah ketua Yayasan disini?"jelas Dea.

"Dan gue yakin, kalian semua lebih percaya dengan cerita alasan kenapa gue sampe hajar tuh si Yan dalam versi dia kan?"tanya Azmya. Dia sudah mengalami hal yang serupa seperti ini di sekolahnya yang dulu. Dimana semuanya lebih percaya dengan cerita versi Putri. Semua menilai kalau dia adalah yang jahat, yang tahu jurus bela diri dan ingin mejadi orang yang kuat menindas yang lemah.

"Kalau gue sih nggak harus percaya siapapun?"jawab Febri.

"Yang jelas memang posisi loe yang kurang beruntung.Kalau harus berurusan dengan Yan!"sambung Dea.

"Kamu bisa-bisa dikeluarin dari sekolah ini"Febri malah menakut-nakutinya.

"Tidak,"jawab Azmya teriak. Kemudian dia bergegas keluar kelas. Dia tidak ingin sampai dikeluarkan dari sekolah. Itu bisa saja jadi malapetaka buat dirinya. Dia bakal nggak bisa melihat Jun lagi apalagi papihnya sudah mengancamnya untuk pindah ke Jepang kalau dia bermasalah lagi sekolah. Kakeknya di Jepang malah akan merasa sukacita kalau dia bisa ke Jepang. Itu kan keinginannya dan harapannya. Tapi Azmya dia tidak mau berpisah dengan Jun. Dia baru saja merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya. Dia tidak mau cepat berakhir dengan perasaan nya ini.

Kalau hanya dengan minta maaf pada Yan bisa menjadi masalahnya clear tidak jadi masalah buat dirinya.

Sesuai dengan pesan tadi yang disampaikan Dea, dia pun bergegas pergi ke ruangan studio musik yang dulu pernah dia masuk dengan Jun. Azmya pun masuk ke ruangan itu. Ruangan itu memang sebuah ruangan yang dipakai untuk bermain musik. Nampak beberapa alat musik yang ada di dalam ruangan itu. Tapi ruangan itu terlihat sepi. Kemudian Azmya memanggil nama Yan.

"Yan...!"panggil Azmya. Namuntidak ada jawaban.

"Apa dia tidak ada disini?"tanya Azmya dalam hati. Azmya pun hendak pergi meninggalkan ruangan itu. Tapi kemudian dia mendengar suara pintu dikunci. Azmya melihat pintu

tertutup. Kemudian dia mencoba membuka pintu untuk keluar. Tapi pintu itu tidak

bisa dibuka, artinya pintu itu memang dikunci dari luar. Azmya mengedor-ngedor

pintu agar pintu itu ada yang membuka.

"Hei, siapa yang berani ngunci gue kedalam, gue bakal kasih loe pelajaran!"bentak Azmya.

Namun tidak ada jawaban. Kemudian Azmya mencoba lebih keras lagi mengedor-ngedor pintu. Tapi tetap tak ada yang menjawab. Posisi ruangan studio itu memang paling pojok dan ujung di lantai 2 jadi mungkin sedikit orang yang lewat situ. Azmya meraba kantongnya. Dan ternyata ponselnya tertinggal dalam tas di kelas. Jadi dia

tidak bisa menghubungi siapa pun. Dia hanya mengandalkan kalau ada yang lewat ke ruangan studio. Azmya menebak pasti ini ulah Yan Cs berpura-pura menyuruhnya

ke Studio dan berniat mengerjainya dengan mengurungnya disini. Dia pikir dirinya akan takut dan menangis di sini sambil memohon mohon untuk dibukakan pintu. Azmya pun tertawa sinis. Untuk cewek tangguh sepertinya, hal beginian tidak membuatnya takut. Dia bahkan pernah mengalami hal yang lebih dari ini waktu dia di Bandung. Mengurungnya seperti ini tidak akan membuat dia takut dan menangis. Azmya pun mengitari ruangan studio dengan pandangannya. Dia pun melihat kursi yang dulu pernah dia duduki saat dia terluka dan diobati Jun. Kemudian dia pun menghampirinya dan duduk kembali di kursi ini sambil mengenang kejadian itu. Saat Jun membersihkan lukanya, dan saat dia mencoba membersihkan luka Jun juga. Mengingat itu Azmya pun tersipu. Dia merindukan Jun . Dia ingin melihat Jun.

Azmya mulai bete di ruangan itu. Entah sudah berapa kali dia mengedor-ngedor pintu. Dia masih bertahan, hanya saja perutnya lapar dan mulutnya haus. Tadi pagi dia belum sarapan sama sekali. Badannya mulai terasa lemas. Kemudian dia melihat jam tangannya. Sudah sejam dia berada disini. Kepalanya sudah merasa pening, dan di ruangan itu terlalu dingin karena Ac nya menyala. Kemudian dia mencari remote

Ac untuk mengecilkan suhu ruangan itu. Tapi dia tidak menemukannya. Kepalanya semakin pusing, perutnya sakit, dan dia merasa lemas dan tidak bertenaga.

Sepertinya dia dehidrasi. Langkahnya semakin terhuyung-huyung dan akhirnya dia terjatuh dan pingsan.

Terdengar suara pintu dipaksa di dobrak beberapa kali. Sampai akhirnya pintu terbuka dan terlihat Jun yang mendobrak pintu itu dengan paksa. Dan betapa terkejutnya dia melihat Azmya sudah tergeletak di lantai tak sadarkan diri. Jun mencoba membangunkan Azmya. Tapi tidak ada respon dari Azmya. Kemudian Jun pun mengangkat tubuh Azmya dan mencoba membawanya ke luar ruangan studio. Setengah berlari dia memapah Azmya menuju ruang kesehatan. Saat itu lorong sekolah sepi karena memang masih jam pelajaran berlangsung dan belum ada siswa yang ramai. Jadi Jun agak leluasa memapah Azmya dan setengah berlari menuju ruang kesehatan yang ada di lantai 1.

Sampai disana dia meminta seseorang untuk membantunya membantu Azmya yang sedang pingsan. Kemudian dia pun mau membantu Jun. Untungnya dia murid perempuan, kemudian dia menyuruh Jun keluar dulu, karena dia mau membuka baju Azmya agar bisa membantu dia segera siuman dengan membalur minyak kayu putih. Kemudian Jun pun nurut dan dia pun keluar. Dia pun pergi ke kantin untuk membeli sesuatu yang bisa dimakan Azmya. Tadi dia sempat menyentuh tangan Azmya yang dingin. Mungkin saja dia tadi kelaparan karena belum makan dan minum pikirnya Jun. Kalau saja dia tidak mendengar bisik-bisik Dea dan Febri yang mengatakan kenapa Azmya belum kembali juga dari ruangan studio musik, padahal sudah sejam . Apa dia baik- baik saja ya.

"Ada perlu apa dia kesana?"tanya Jun.

"Tadi Iren bilang, katanya Yan nyariin si Azmy, terus katanya kalau sudah datang suruh nyusul ke studio musik, ada yang penting dibicarakan?"jawab Dea.

"Iren?"tanya Jun.

"Iya, tadi si Iren yang bawa pesannya?"jawab Febri.

"Kenapa bukan Yan yang kesini?"tanya Jun curiga.

"Ckk…kayak loe nggak ngerti aja. Iren kan pacarnya Yan, jadi wajar aja si Yan nyuruh Iren?"jawab Dea.

"Ada yang nggak beres,"ujar

Jun sambil berlari meninggalkan tempat duduknya keluar kelas.

Dan betapa terkejutnya dia menemukan Azmya tak sadarkan diri di studio music. Ini sudah dia bayangkan kalau ada terjadi sesuatu dengan Azmya.

Jun sudah kembali dengan membawa susu kotak dan sebungkus roti ke ruangan kesehatan. Kata murid perempuan tadi, kalo Azmya tadi sudah sadar. Dan dia masih lemas. Jun pun buru-buru masuk ke ruangan. Dia melihat Azmya sudah bisa duduk di bangsal tempat tidurnya. Jun menghampirinya.

"Loe nggak apa-apa My?"tanya Jun cemas.

Azmya hanya menggangguk lemah. Dia tersenyum karena Jun sudah menyelematkannya dan membawanya dengan aman kesini.

Jun memberinya susu kotak yang sudah dia masukkkan sedotannya sebelumnya. Azmya masih lemas dan meminta Jun untuk memasukkan sedotannya ke bibirnya. Jun pun kemudian membantunya.

Azmya pun meminum susu itu sambil tak henti dia menatap wajah Jun yang terlihat kuatir dengan keadaannya. Setelah itu Jun pun membuka bungkus roti kemudian menyuapi Azmya. Azmya pun merasa senang melihat wajah cemas Jun yang menyuapinya. Pikirnya kapan lagi Jun akan memperlakukannya manis seperti ini.

Dia pun berusaha tersenyum agar wajah Jun tidak cemas.

"Makasih Jun, kamu udah bantuin aku"ucap Azmya mengalir kalau ucapannya "kamu" dan "aku" sedikit berlebihan.

"Loe nggak apa-apa kan?"tanya Jun. Azmya tersenyum simpul karena Jun masih menyebutnya dengan kata "loe" yang kesannya berarti Jun hanya mengganggapnya teman biasa.

"Cuma ngerasa tangan aku kok dingin ya!"jawab Azmya . Jun pun langsung memegang tangan Azmya. Beberapa saat Azmya merasa senang dan membuat sedikit aliran darahnya cepat sehingga dia merasakan hangatnya tangan Jun. Wajah Amzya menjadi merah merona. Melihat itu, Jun kemudian sadar kalau dia sudah berani memegang tangan Azmya, kemudian dia melepaskan tangan Azmya.

"Maaf!"seru Jun. kemudian

dia menundukkan kepalanya pertanda dia merasa bersalah dan lancang. Kemudian

dengan cepat lagi Azmya meraih tangan Jun dan menggenggamnya.

"Kenapa pakai minta maaf segala!"jawab Azmya sambil menatap Jun.

"Kamu kan tahu,kalau aku suka sama kamu!"ucap Azmya membuat Jun jadi grogi. Dia tidak bisa menyembunyikan perasaannya lagi di depan Azmya. Dia pun menyerah, percuma dia menyangkal. Karena selama ini Azmya sudah sering memergokinya menatapnya diam-diam. Jun perlahan mengangkat kepalanya dan menatap Azmya yang sudah tersenyum manis. Jantung Jun

berdegup kencang. Entah kenapa Azmya selalu bisa saja membuat jantungnya berdetak cepat seperti ini. Tak sadar Jun pun membalasnya dengan senyuman juga. Azmya membelalakkan matanya melihat itu, dia melihatnya. Senyuman khas Jun. Sebuah senyum yang langka dia temukan di wajah Jun. Kali ini dia melihat senyuman lesung pipi nya yang membuatnya langsung jatuh cinta. Azmya jadi tak sadar dan tak kuasa untuk menahan kedua tangannya memegang wajah Jun yang menurutnya sangat imut kalau sedang tersenyum. Jun sedikit terkejut ketika Azmya memegang wajahnya, dan pipinya. Kemudian Jun memegang tangan Azmya yang sedang memegang wajahnya kemudian menurunkan kedua tangannya dari wajahnya. Dia merasa malu, karena ada perempuan yang menyentuh wajahnya. Ini merupakan pengalaman pertamanya. Tanpa melepaskan tangan Azmya, Jun pun menegurnya dengan sopan.

"Nggak boleh sembarangan pegang wajah cowok?"ucap Jun pelan sambil tersenyum.

"Kenapa?"tanya Azmya sedikit kecewa.

"Bisa bahaya nanti!"ancamJun.

"Bahaya apa?"tanya Azmyatidak mengerti. Jun sebenarnya sangat gemas dengan pertanyaan Azmya yang tidak

paham. Apa dia memang sudah terbiasa seperti ini. Hal seperti ini mungkin sudah

sering dia lakukan dengan cowok lain. Apa dia beneran tidak paham, kalau seorang cowo disentuh wajahnya dengan tatapan yang super cute itu cowo tidak bakalan tahan untuk tidak menampilkan sisi gelap seorang cowok.

"Loe bisa jalan nggak?"tanya Jun malah nanya balik tanpa menjawab pertanyaan Azmya yang menanyakan "bahaya apa".

"Kayaknya bisa, sepertinya aku sudah punya tenaga lagi!"jawab Azmya semangat.

"Baguslah, berarti nggak sia-sia gue bawa susu kotak sama roti,"sambung Jun tertawa menunjuk kotak dan bungkus roti yang sudah kosong.

"Hehehehehe,"jawab Azmya dengan senyuman polosnya membuat Jun semakin tidak tahan. Tapi dia mencoba untuk menahan diri agar jantungnya tidak semakin amburadul. Kemudian Jun membantu Azmya untuk turun dari bangsal tidur. Tangannya memegang kedua tangan Azmya.

"Lain kali, dan kalau bisa kamu jangan berurusan lagi dengan Iren, dia tuh cewe yang paling nyebelin di sekolah ini!"saran Jun.

"Iren, siapa dia?"tanya Azmya.

"Dia itu pacarnya Yan?"jawab Jun.

"Perasaan aku, aku nggak kenal dan belum ketemu dengan namanya Iren,kok kamu bisa ngomong kayak gitu?"tanya Azmya.

"Loe dikurung disana kan, gara-gara dia!"

"Setahu aku, yang nyuruh aku kesana Yan, bukan Iren"potong Azmya.

"Sudahlah jangan dibahas lagi, yang penting gue udah ngasih tahu!"balas Jun.

"Entah itu Iren atau Yan, aku bakal bertindak untuk membalas perbuatan mereka!"jawab Azmya membuat Jun kaget.

"Jangan buat masalah lagi ya, gue pinta loe jangan bikin masalah ini jadi tambah nggak enak lagi, loe bisa kan?"tanya Jun sambil menatap tajam Azmya. Tentu saja Azmya merasa ini tidak bisa cuma hanya didiamkan.

"Apa kamu takut aku bisa dikeluarkan atau kena masalah?"tanya Azmya memandang Jun yang sepertinya cemasnya berlebihan.

"Pokoknya jangan!"pinta Jun sungguh-sungguh. Azmya menatap wajah Jun sangat lama. Kemudian tanpa diduga.

"Jangan kuatir!"jawab Azmya sambil menjingjitkan kakinya menghadap Jun yang berada di hadapannya. Kemudian tanpa di duga Azmya mengecup bibir Jun dengan cepat membuat Jun kaget setengah mati bibirnya dikecup Azmya tanpa sama sekali memberinya kesempatan untuk bereaksi. Jantungnya seakan berhenti berdetak. Sementara Azmya dengan menutup mukanya karena malu kemudian dia berjalan duluan meninggalkan Jun yang berdiri mematung masih tidak percaya dengan apa yang terjadi barusan.

Jun memegang bibirnya dan merapatkan bibirnya yang tadi sempat dikecup Azmya. Entah apa yang dia rasa. Senang, bahagia, takut, kuatir, cemas bercampur jadi satu. Satu sisi dia merasa bahagia Azmya begitu menyukainya, satu sisi lain dia cemas dengan hal apa yang akan terjadi kepadanya nanti. Azmya tidak mengetahui satu hal. Ada sesuatu yang sangat dikuatirkan Jun saat ini. Yaitu Iren.