Sabrina keluar dengan wajah murung penuh penyesalan. Matanya tertunduk lesu dengan bibir yang bergetar.
"Sabrina, bagaimana keadaan Safira?!" tanya Ayla.
Kami cukup khawatir dengan wajah yang menunjukkan Safira tidak sedang baik-baik saja.
"Safira... saat ini... sedang hamil! Selamat!" jawab Sabrina dengan ceria di akhir kalimatnya.
Rasa sedih kami langsung berputar balik menjadi kesenangan. Kami berduyun-duyun masuk ke dalam dan melihat Safira menggunakan infus dengan wajah pucatnya.
"Jadi kau siapa?" tanya Sabrina dengan merangkul pundakku.
"Kau manusia bukan?" tanyaku.
"Tentu saja!"
"Sudahku duga!" sahutku.
Kami saling melirik.
"Apa kau juga... ah lupakan!" Dia seakan ragu menanyakan hal itu sebaiknya kau tidak membahasnya.
Aku mendekati Safira yang masih terkulai lemas di atas kasur. Di lihat dari kondisinya dia sudah tidak dapat lagi melanjutkan perjalanan, terlepas dari perjalanan ini semua aku juga tidak dapat membawa mereka berdua terus menerus.
