Chereads / THE SILENT IN MIDNIGHT / Chapter 5 - Awal Perubahan

Chapter 5 - Awal Perubahan

"Aisha, dengarkan aku dulu!" pinta Deon saat Aisha justru tak mau Deon pegang sama sekali.

"Aku tak sudi memiliki kekasih dengan saudara buruk rupa seperti dia! Kau tahu, itu akan menurunkan jabatanku di sekolah dan aku akan diejek habis-habisan! Kita putus sekarang juga Deon!" teriak Aisha seraya meninggalkan Deon di tempat itu.

Deon kemudian meninju angin. Salahkah ia mengenalkan keluarganya? Kenapa semua orang membenci Beni? Apa harus ia membenci Beni juga sekarang?

•••

Keesokan harinya, seperti biasa Deon melihat Beni tengah ditendang oleh ibunya. Karena Beni hari itu telat bangun pagi dan belum mengurus pekerjaan rumah. Deon berusaha sebaik mungkin untuk cuek kepada Beni. Karena, sebab Benilah semua orang menjauhinya.

Karena Benilah, ayah dan ibunya selalu menyiksanya apabila ia mendekati atau bermain dengan Beni. Karena Benilah, ia ketahuan berpacaran dengan Aisha walau hubungan mereka sudah putus. Karena Benilah, Deon dituntut supaya lebih berguna tidak semengerikan Beni.

Beni, Beni dan Beni. Selalu orang itu. Deon baru menyadari jika Beni hanyalah benalu di hidupnya. Deon pun memilih untuk menjauhi Beni dan tak mempedulikan Beni lagi.

Saat hendak berangkat, Beni tiba-tiba berlari meminta tolong kepada Deon. Ibu Beni mengejar Beni dengan sebilah pisau yang ia acung-acungkan. Deon kebingungan karena Beni sangat ketakutan.

"Deon! Tolong aku, Deon! Tolong aku!" pinta Beni pada Deon.

"Apa yang kau lakukan, Beni?" tanya Deon kebingungan. Entah kenapa, Deon merasa jijik sekarang terhadap Beni. Entah kenapa perasaan itu muncul padahal sejak dulu mereka baik-baik saja.

Deon kemudian melepaskan cekalan lengan Beni. Sedangkan Beni, ia terus meronta-ronta meminta tolong kepada Deon. Namun, Deon tak kunjung menghiraukannya. Meski dalam hati ia tak tega, tapi apa yang ayah dan ibunya katakan itu benar. Beni hanyalah benalu bagi keluarganya.

"Tolong aku, Deon! Ibuku membawa pisau dan hendak menikamku! Tolong aku, Deon!" rengek Beni seraya memegangi kaki Deon.

Deon justru menendang Beni untuk kali pertamanya. Dengan sekuat tenaga, Deon memutuskan untuk tak mau melindungi Deon lagi.

"Urusi urusanmu sendiri, Beni! Kau hanyalah Benalu bagi kami!" tegas Deon.

Beni menatap Deon nanar. Ia tak percaya dengan perkataan yang baru saja Deon lontarkan kepadanya. Sekejam dan semenyakitkan itu perkataan yang Deon utarakan. Tanpa Deon tahu, semua perkataannya justru mengubah segalanya.

Deon pun melenggang pergi karena ia hampir saja telat ketinggalan bis. Sedangkan Beni, ia menatap nanar ke arah Deon seraya mencari cara agar tetap tak ditemukan ibunya.

'Kenapa kau menjadi sejahat itu sekarang, Deon?' batin Beni bersuara.

~~~

Deon berlari seraya mengejar bus yang hendak meninggalkannya. Ia telat gara-gara harus menguruskan Beni yang seperti biasa hendak disiksa ibunya.

"Tunggu! Tunggu aku!" teriak Deon seraya mengejar mobil Bus berwarna kuning yang tak lama kemudian berhenti setelah mengecek spion.

"Naiklah, kenapa kau terlambat Deon?" tanya Supir yang sudah akrab sekali dengan Deon dari dulu.

"Aku bangun kesiangan," jawab Deon singkat seraya memasuki mobil.

Saat mobil dilajukan, tak ada satu tempat pun yang menyisakan tempat duduk untuk Deon. Semua orang menatap Deon dengan tatapan aneh dan menjijikkan. Deon hanya bisa cuek tanpa menghiraukan mereka. Kadang, orang-orang bisa menjadi aneh suatu waktu. Dan Deon tak memperdulikan itu semua.

Mobil kemudian melaju perlahan dengan terus menjemput satu per satu siswa yang searah dengan Deon. Sesampainya di sekolah, semua orang berusaha menjauhi Deon. Deon merasa aneh karena biasanya orang-orang menatap kagum kepada Deon justru menatap jijik dan sinis kepadanya.

'Kau tahu? Saudaranya itu sangatlah menjijikkan, Aisha bilang ia memiliki penyakit kulit yang menular. Bisa saja Deon pun memilikinya!'

'Hati-hati, ada Deon! Dia akan menularkan penyakit saudaranya pada kita!'

'Ish, untung aku tak pernah menyukainya. Pasti menjijikkan bagi Aisha saat tahu Deon memiliki keluarga buruk rupa!'

Deon mendengar semua gunjingan orang-orang mengenai Beni. Deon yakin pasti Aisha sudah menyebarkan berita itu. Dan betapa memalukannya, ia melihat mading yang terpampang nama Deon dengan foto dirinya dan Beni di masa kecil.

'DEON DAN SAUDARANYA YANG MENJIJIKKAN!'

Deon lantas langsung merampas kertas yang tertempel di mading itu. Deon meremas dengan kesal kertas yang menempel di mading itu. Deon lantas langsung mencari Aisha.

"Aisha! Dimana kau, hah?!" teriak Deon emosi memasuki kelas Aisha.

"Apa kau? Mau apa kemari? Kau mau menunjukkan saudaramu yang menjijikkan itu? Hahaha!" cibir Aisha yang seketika menguras emosi Deon.

"Kau memang manusia iblis! Salah aku mencintaimu saat kemarin!" tegas Deon.

"Aku tak mau memiliki kekasih dengan saudara yang menjijikkan! Kau tahu, kau itu tak pantas sekolah disini! Kau hanya akan menularkan penyakit pada orang-orang di sekolah!" tutur Aisha.

"Manusia biadab! Jangan harap kau mampu hidup dengan nyaman, Aisha!" kecam Deon kemudian meninggalkan Aisha begitu saja.

Deon dijauhi oleh semua orang karena berita menyebalkan itu. Semua orang membencinya gara-gara Beni. Kenapa Beni harus menjadi saudaranya? Dan kenapa Beni harus memiliki penyakit menjijikkan itu!

Deon memukul mejanya kesal. Semua orang menatap aneh kepada Deon yang pertama kalinya marah di kelas. Karena, biasanya Deon menjadi anak yang kalem dan pendiam. Tapi, hari ini semuanya terasa berubah dengan sekejap.

Mereka melihat Deon yang terluka luar dan batinnya. Deon yang tak bisa hidup sempurna seperti kebanyakan orang. Apalagi, sekarang ia dijauhi semua orang karena memiliki saudara seperti Beni.

Deon menggulingkan kursi dan mejanya emosi. Ia benar-benar muak kepada semua orang dan keluarganya. Jika bisa memilih, kenapa mereka tak membuang Beni saja dahulu? Daripada Deon harus menahan malu dan dibully habis-habisan. Belum ia mendapatkan siksaan dari ayah dan ibunya.

Ternyata benar, pada akhirnya manusia hanya akan memandang fisik sebagai penentu dari semuanya. Deon kini membenci semua orang dan juga termasuk Beni. Karena Benilah yang Deon pikir sebagai alasan dari semua rasa sakitnya.

Deon harus dituntut jauh lebih sempurna darinya. Deon harus melakukan apa yang orang tuanya inginkan supaya ia tidak seperti Beni. Deon benar-benar hancur dan muak sekarang. Tanpa Deon tahu, ada seseorang yang jauh lebih hancur batinnya dibandingkan dirinya.

Ada seseorang yang bertahan hidup dengan ketidakadilan dunia kepadanya. Orang itu bersembunyi di balik semak belukar demi mengamankan dirinya. Dia berusaha keras untuk tak mendengar gunjingan dan hinaan orang lain. Dia yang tak pernah mendapatkan kasih sayang dari orang tua maupun orang lain. Bahkan, kala ia memilih untuk menetapkan siapa penolongnya. Orang itu justru menjauhinya dan membencinya.

Tanpa Deon sadari, Deon melukai seseorang karena perlakuannya. Deon menghancurkan dirinya sendiri karena apa yang ia pilih sebab emosi yang menjalar dalam dendamnya.