Chereads / Love Me or Leave Me (Indonesia) / Chapter 2 - Sekolah Baru

Chapter 2 - Sekolah Baru

Seragam kemeja putih dan rok kotak kotak berwarna abu-abu kali ini seragam yang Azmya pakai. Rambutnya yang panjang dia kuncir kuda dia tambah dengan topi sport yang menghalangi wajahnya. Dengan menyandang tas ransel warna hitam Azmya menyusuri sekolah barunya.

Hari ini dia resmi menyandang status murid baru di SMA Cendikia di Tangerang. Sebenarnya papih mamih nya mau mengantarnya hari pertama sekolah. Tapi Azmya menolak, karena dia tidak ingin terlalu mencolok dan menonjol di hari pertamanya sekolah. Bahkan hari ini, Azmya naik angkutan umum setelah sebelumnya bertanya.

Dia hanya ingin menjadi siswa biasa, meskipun papihnya menyediakan mobil dan supir, dia tidak mau kalau sampe di sekolahnya yang baru, dirinya bakal dipandang berlebihan dan takut dirinya akan dianggap anak kaya super manja. Dia hanya ingin jadi murid biasa tanpa harus menonjol karena kekayaan orangtuanya.

Azmya tiba di sekolah 30 menit lebih awal dari jam masuk sekolah itu. Sebelum dia pergi ke ruang Kepala Sekolah. Azmya berjalan menyusuri tiap sudut sekolah itu sekalian mengenal lingkungan sekolah yang akan dia tempati. Sekolah itu cukup besar dan luas sama seperti sekolahnya yang dulu. Ada 3 gedung utama yang masing masing berlantai 2 dengan satu lapangan upacara, lapangan basket, lapangan futsal, ada juga lapangan tenis. Lingkungannya cukup asri karena banyak pohon rindangnya.

Selain gedung utama, Azmya melihat bangunan panjang sebelah timur gedung utama. Sepertinya itu kantin sekolah,karena terlihat banyak siswa yang sedang hilir mudik yang mencari sarapan sepertinya. Beberapa siswa melirik Azmya yang penasaran karena memang tingkah Azmya terlihat seperti seorang murid baru pindahan.

Beberapa murid laki-laki bahkan ada yang bersiul saat Azmya lewat. Tak luput juga tatapan para siswa perempuan yang saling berbisik. Azmya mencoba tak menghiraukannya.

Dari awal Azmya memang berniat dia tidak mau mencari teman di sini. Biar dia hanya melewatkan setahun lebih disini tanpa harus berurusan dengan murid yang lain. Dia tidak mau berteman dan tidak mau mengalami kejadian tak mengenakkan dulu di sekolah ini.

Kalaupun ada murid yang mendekatinya dan mengajak berteman, dia tidak ingin terlalu akrab cukup formalitas saja. Dia hanya ingin melewatkan masa SMA nya disini tanpa masalah.

Tanpa terasa Azmya sudah berada di bagian paling belakang di sekolah. Tampak ada tembok pagar tinggi yang menjadi batas sekolah itu. Tingginya sekitar 2 meteran dan tidak ada kawat berduri sebagaimana biasanya sekolah untuk mengantisipasi murid-muridnya untuk meloncat ke luar untuk membolos.

Azmya melihat tembok itu ada pijakan yang bisa jadi tumpuan untuk bisa meloncat. Tanpa pikir panjang Azmya pun memanjat dan menaiki pijakan itu dia ingin melihat keadaan di luar.

Setelah memanjat dia melihat ke luar, ternyata itu lahan kavling kosong yang luas. Azmya mengarahkan pandangannya ke segala arah lahan kosong itu. Tak jauh dari situ ada jalan setapak yang menuju jalan raya sepertinya. Dia merasa kalau area ini sering dijadikan tempat untuk membolos. Belum sempat dia turun, dia mendengar ada suara ribut beberapa orang di belakangnya tak jauh dari dia.

"Jangan sok belaga jadi anak genius ya loe, loe cuma anak miskin yang gak tau terima kasih!" teriak salah satu dari mereka.

Azmya menoleh dan melihat ada seorang murid laki-laki sedang duduk bersimpuh di depan tiga murid laki-laki yang lainnya yang sepertinya sedang melakukan pengeroyokan.

Azmya sudah tahu kalo yang sedang terjadi adalah tindakan tak sepantasnya dilakukan oleh seorang siswa. Hal yang mungkin semua tempat di sekolah sering terjadi. Dia juga salah satu nya pernah melakukan itu. Azmya hendak pura-pura tidak melihat dan hendak pergi meninggalkan tempat itu. Dia tidak mau menjadi saksi aksi itu dan tidak mau ikut campur.

"Maafin gue Yan, gue janji gue gak bakalan gitu lagi, tolong maafin gue?" Terdengar suara melas dari murid laki-laki yang duduk bersimpuh itu.

"Alaah udah Yan, jangan dengerin, hajaar aja biar kapok, lama-lama dia ngelunjak! " ungkap yang lain yang berperawakan bongsor, suaranya terdengar paling garang.

"Loe tahu kan, selama loe sekolah disini, loe jangan macam-macam dan banyak tingkah disini, dan jangan banyak bikin kita kesel, kalau nggak nyokap loe ga bakal bisa dagang lagi di kantin ini!" ancam laki-laki yang dipanggil Yan itu.

Entah sampai sini Azmya mendengarnya sudah cukup panas telinganya. Kenapa cowo itu mengancamnya seperti itu. Apa orang tuanya yang punya sekolahan ini sampai bisa ngomong seperti itu. Kalau benar berarti dia adalah anak Pak Arya yang bernama Yan Wijaya, dia sempat mendengar dari papihnya.

"Yan, udah jangan banyak ngomong, kita suruh dia beli rokok lagi aja seperti biasa, mulut gue udah asem nih, "saran yang satunya lagi yang badannya lebih tinggi dibanding dua temannya yang lain.

"Gue belum puas kalo belum hukum anak ini, lagian kan masih ada rokok di tasnya si Fadil tuh"jawab cowo yang bernama Yan itu.

Azmya melihat wajah murid laki-laki yang duduk itu tertunduk tanpa melawan saat murid laki-laki yang bernama Yan itu menarik kerah seragam laki-laki korban itu dan mengangkatnya untuk berdiri sambil menoyor kepalanya. Azmya melihatnya tidak tahan. Tak sadar dia kehilangan keseimbangan pijakan dan..

Brrrruuuuk. Azmya jatuh dari pagar dan suaranya menarik perhatian mereka. Secepat kilat Azmya bangun dan melihat mereka sudah memergokinya.

"Haiii, sorry ngagetin kalian. Gue anak baru -- mmm baru pindah ke sini sih!"ucap Azmya mencoba santai.

Wajah mereka tampak sedikit terkejut. Tapi ketika mereka melihat Azmya dari ujung kaki sampai ujung kepala. Azmya bisa dikatakan punya tinggi badan yang lumayan untuk anak perempan seusianya, punya bentuk badan bagus karena dia ikut kelas karate dan basket, belum lagi wajah sunda campur orientalnya yang manis membuat mereka sedikit terpana khususnya mereka bertiga.

"Kalian sedang apa. Oh ya, betewe gue lihat tempat ini biasa dijadiin buat bisa bolos ya?" tanya Azmya sambil menunjuk ke arah tembok pagar yang sempat dia panjat tadi tanpa menghiraukan mereka yang bengong. Dan cuma bisa menggangguk kompak.

"Asyik dong. Nanti kalo gue mau bolos,gue taau tempatnya --- hahaa!" ujar Azmya santai tertawa tanpa melihat ekspresi heran mereka. Siswa baru pindah sekolah tapi sudah punya niat untuk bolos. Berani sekali pikir mereka.

"Oh ya,kenalin gue Azmya. Gue dari Bandung!" sambung Azmya sambil menyodorkan tangannya. Kemudian mereka pun berebutan menyalaminya.

"Gue Yan." Murid laki-laki yang tadi sudah menoyor kepala orang. Azmya menatap dengan senyum merekah. Dugaan awal dia ternyata benar. Dia anak Pak Arya.

"Gue Fadil," sambut murid laki-laki yang berperawakan paling bongsor.

"Gue Opick," sambung satu murid laki-laki satunya lagi yang paling tinggi dan atletis yang hampir sama tingginya dengan dia.

'Salam kenal. Oh iya kalian kelas berapa?" tanya Azmya tapi dia sekilas melihat wajah korban bullying mereka menatap dirinya dan nampak terkejut sebentar kemudian menundukkan kepalanya.

"Kelas XII C, kamu sendiri pindahan kelas berapa?" tanya Yan.

"Sama kalau begitu, gue juga kelas XII tapi belum tahu sih kelas apanya, oh iya tadi gue sempet denger ada yang punya rokok?"tanya Azmya membuat semua gelagapan.

"Ah salah denger kali. Mana mungkin kami punya roko. Kan kalau ketahuan sama guru, bisa dihukum," ungkap Opick.

"Kamu Fadil, kaan?"tanya Azmya. Yang ditanya mengangguk kesenangan. Azmya meminta tas Fadil. Seperti tersihir oleh pesona Azmya Fadil menurut dan menyerahkan tasnya. Azmya memeriksa tasnya dan menemukan bungkus rokok.

"Ini ada!"teriak Azmya kesenangan. Semua panik melihat aksi Azmya membuka bungkus rokok itu. Di dalamnya ada sebatang rokok tersisa. Tanpa pikir panjang Azmya mengambilnya dan menyelipkannnya di bibirnya.

"Koreknya mana?"tanya Azmya santai. Seolah-olah dia terbiasa merokok.

Mereka ribut melihat kelakuan Azmya yang berani seperti itu. Mereka rasa mereka sudah bertemu dengan murid cewek yang bisa dijadikan partner bolos dan partner

ngerokok.

"Mulut gue asem banget nih, gimana kalo roko ini buat gue aja, nanti gue gantiin dengan sebungkus rokok, setujuuu!"ucap Azmya tanpa beban sekali.

"Boleh ... boleh ... boleh kok. Apa sih yang nggak buat kamu!"jawab Yan.

"Tapi sorry, koreknya ketinggalan, lagian biasanya kita ga pernah disini ngerokoknya, bisa-bisa alarm kebakaran bunyi karena ada asap rokok,"jawab Fadil.

"Oh gitu, yahh sayang bangett, padahal gue pengen banget ngerokok!"ucap Azmya pura-pura sedih.

"Ya sudah, nanti lain waktu kita ajak loe ke tempat biasa kita ngerokok, ada juga ko temen kita cewek yang suka ngeroko, namanya Iren, nanti gue kenalin!"sambung Opick.

Azmya buang napas dengan kasar.

"Gimana yaaa, gue itu orangnya gak mau punya banyak temen, gimana kalo kalian bertiga aja yang jadi temen gue di sekolah ini," tawar Azmya sambil menepuk bahu Yan dengan perlahan.

"Dan --- oh ya, gue punya satu permintaan kecil buat kalian!" sambung Azmya mencoba mengakrabkan diri.

"Apa ituu, moga aja kita bisa. Kalo jadi pacar loe juga gue maau!"goda Yan.

Azmya hanya tersenyum kecut.

"Iren mau kemanain broo. Yang jelas kesempatan jadi pacar Azmya Cuma gue," imbuh Opick.

"Enak aja loe,bgue juga mau kali," sambung Fadil.

"Sebutin permintaan loe?" tanya Yan gak sabar.

"Karena gue gak mau punya banyak temen disini, tapi gue butuh seseorang yang bisa gue kuasai sendirian," jawab Azmya sambil memandang wajah murid laki-laki yang belum dia tahu namanya. Tapi sorot matanya membuat Azmya tak kuasa menahan diri untuk terus memandanginya. Wajah itu dengan sorot mata tajam tapi kenapa dia tidak bisa melawan dari tiga berandalan ini. Tinggi badannya mungkin sekitar 180 cm tapi kenapa di depan tiga berandalan ini dia justru seperti tikus tanah tak berdaya.

"Maksud loe apa, kita nggak ngerti?"tanya Yan.

"Gue butuh orang yang bisa bantuin gue ngerjain PR, ngerjain tugas dari guru, gue butuh orang buat bikin catatan pelajaran, yah orang yang bisa gue suruh-suruh gitu, sebagai gantinya gue mau jadi teman kalian, loe tenang aja berteman sama gue, gue bisa kasih apapun. Fasilitas yang gak mungkin kalian punya, gue kasih,"jelas Azmya.

"Apaa, gue baru denger yang kayak gini. Loe anak orang kaya?"tanya Fadil.

"Nggak juga sih, tapi loe bisa ga ngabulin permintaan gue ini, sebagai imbalannya gue nggak bakal laporin ini ke Pak Arya,"ancam Azmya menatap tajam ke arah Yan.

"Apa, jangan becanda loe, loe nggak tau siapa gue?"serang balik Yan.

"Gue tahu, loe Yan anak bungsu Pak Arya, kan!" sambung Azmya. Tentu saja membuat Yan terkejut kalo Azmya bisa tahu jati dirinya meskipun dia anak pindahan.

"Bokap loe kenal banget sama papih gue, tanya aja!"kata Azmya memastikan Yan.

Lama juga Yan berpikir.

"Oke oke. Cuma itu aja?"tanya Yan angkuh. "Loe nggak bisa pake alasan itu buat kami nurutin kemauan loe itu"

"Kalo loe bisa ngabulin. Gue tambah loe bisa beli barang yang loe suka, gimana simple dan menarik kan tawaran gue?"tanya Azmya meyakinkan.

"Loe mau kita jadi kacung loe gitu. Yang bisa loe suruh-suruh?"tanya Opick ragu.

"Gak mungkin lah, gue lihat kalian punya seseorang yang bisa dijadiin tumbal kalian"pilihan kata "tumbal" yang dipakai Azmya menambah seram dan menambah ngeri pemikiran mereka sebagaimana dia kejamnya dia di otak mereka. Azmya mengalihkan pandangannya dan mengisyaratkan ke arah murid laki-laki itu. Tentu saja itu disambut dengan gelak tawa mereka.

"Loe mau diaa- jadi kacung loe gitu?"tanya Yan tak bisa menahan ketawanya. Sementara yang dimaksud orangnya dia menatap lebih tajam ke arah Azmya tanpa bisa berkata apa-apa.

"Kasih aja Yan, toh kita nggak rugi, kita dapat imbalan dan kita juga ngga usah cape-cape berurusan dengan anak cupu ini lagi!"sambung Opick.

Yan hanya memandang heran dan penuh selidik ke arah Azmya. Dia penuh keraguan dan sedikit berhati-hati dengan apa yang dia bicarakan.

"Loe mau bayar mahal. Cuma mau diaa jadi kacung. Gue curiga, jangan-jangan loe bandar narkoba yang lagi butuh agenpengirim?" tanya Yan yang langsung membuat Azmya ketawa. Tapi anak laki laki yang terduduk seperti tertimpa bola panas saat mendengarnya.

"Loe pengen tauu kenapa?"tanya balik Azmya. Kemudian Azmya mendekatkan wajahnya ke Yan yang membuat Yan jadi kikuk. Azmya menyunggingkan senyuman menggodanya lantas dia membisikkan sesuatu di telinga Yan.

Tak lama setelah itu Yan pun mengangguk membuat dua rekan lainnya penasaran dan bertanya.

"Oke deal!"jawab Yan dan menyodorkan tanganya sebagai tanda persetujuan.

"Jun. Mulai sekarang tolong layani nona Azmya ini dengan baik. Kalo nggak, taruhannya adalah loe tahu sendiri kan?"ucap Yan. Azmya baru tahu kalo murid laki-laki itu bernama Jun.

Sementara Jun tidak menjawab, dia hanya menghela napas panjang sebagai tanda dia keberatan. Azmya tersenyum puas dengan penuh kemenangan.