Chapter 44 - 43. Obat Luka

Di pagi yang sama, seorang pria tidak bisa duduk diam bagai ular kepanasan.

"Tasia kenapa tidak masuk?" Tanya Hadyan khawatir.

"Katanya dia sakit." Jawab Tata santai.

"Kemarin ia masih sehat-sehat saja."

"Tidak tau. Mungkin masuk angin saat pulang naik motor bersamamu."

"Tapi saat turun dari motor, Tasia tidak terlihat sakit. Ada apa ya?" Paniknya.

Tata mulai gerah menghadapi pertanyaan-pertanyaan berlebihan dan tidak penting itu.

"Kalau kau khawatir, jenguk saja ke rumahnya. Lagipula kau punya nomornya juga, kan? Hubungi saja dia."

"Tapi sekarang masih jam sekolah. Sudah, tapi tidak dijawab. Masa dia sempat menghubungimu tapi tidak sempat menjawab telponku? Apa Tasia marah padaku, ya?" Kedua matanya membesar. Rasanya ia ingin sekali kabur dari sekolah dan menghampiri gadisnya, namun itu adalah hal yang tidak dapat ia lakukan dengan kondisinya saat ini.

This is the end of Part One, download Chereads app to continue:

DOWNLOAD APP FOR FREEVIEW OTHER BOOKS