Chereads / EXTRAORDINARY LOVE / Chapter 3 - Chapter 3

Chapter 3 - Chapter 3

Semua siswa siswi SMA Harapan Jaya menunggu bel pulang didalam kelas mereka masing masing, terutama Rega dan sahabatnya yang sekarang sudah berdiri didepan kelas.

"Ini lama banget bel gak bunyi bunyi, listriknya habis?" Tanya Rega ke teman satu kelasnya.

"Lihat jam nya, dan kalian ber lima ngapain didepan mondar mandir nggak jelas kayak orang mau minta bansos." Jawab salah satu siswi teman Rega.

"Mulut kek comberan, mending lo diam duduk bagai anak TK agar pulang lebih awal." ucap Rega .

Siswi itu memutar bola matanya malas berdebat dengan Rega, siswa itu kemudian duduk lagi di bangkunya dan tepat saat itu bel berbunyi. Seluruh siswa keluar kelas termasuk Rega dan para sahabatnya itu.

Siswi tadi masih mematung ditempat.

"Pulang beneran gue diam," gumam siswi itu tak percaya.

Masa bodo diapun juga ikut pulang menyusul temannya yang sudah diparkiran. Rega membawa motor dan Aurel menunggu jemputan dari sopirnya di halte depan sekolahnya.

Andrian, Yoga, Beni dan, Reza juga mengendarai motor mereka masing masing, saat lewat depan halte motor Rega mendadak berhenti dan diikuti para sahabatnya dibelakang.

"Kasihan belum dijemput, kena karma lo." Ucap Rega ke Aurel dengan nada meledek.

"Bodo." ketus Aurel.

"Meisha aku anterin ya?" tanya Reza menawarkan tumpangan.

Meisha diam dan menatap sahabatnya yang juga terdiam tak menoleh sesenti pun.

"Kok diem aja, bentar lagi hujan nanti kamu kedinginan disini. Ayo" ucap Reza.

Rega melihat ke awan dan memang sudah sangat gelap air sebentar lagi turun, mungkin akan ada badai juga.dia ingin langsung pulang namun melihat Aurel dan kedua sahabatnya itu menjadi tak tega dan muncul rasa iba dalam hatinya.

"Sha lo di bonceng Reza, Amira sama Yoga dan, lo sama gue." Rega menunjuk Aurel.

"Gak kalian aja pulang duluan, aku gak mau dibonceng berandal satu ini." ucap Aurel masih ketus dan datar.

"Ayolah ini bentar lagi hujan, lo mau kayak ayam habis kecebur selokan?" Tanya Rega ke Aurel.

"Ini hujan air bukan comberan kayak mulut lo." Jawab Aurel.

"Sha, Ra lo cepetan gih dianter sama Reza sama Yoga, biar gue aja disini temenin harimau betina!" ucap Rega ke Meisha dan Amira sembari melihat ke Aurel.

Aurel mencoba menghubungi sopirnya namun tidak online, mana bentar lagi hujan dan pasti ada petir juga Aurel takut sama petir.

"Rel kita pulang sekarang aja ya, nanti hujan dan ada badai kamu pasti takut nanti." Ucap Meisha ke Aurel.

"Kalian berdua duluan aja gapapa aku tetep nunggu sopir." Kekeh Aurel yang memang tak mau dibonceng oleh Rega ataupun sahabat Rega.

"Yaudah kita duluan, hati hati Rel." Pamit Amira yang sebenarnya ingin menemani Aurel, tapi dia sendiri juga takut dengan hujan apalagi petir begitu juga dengan Meisha.

Rega melepas helm nya dan turun dari motor duduk disamping Aurel namun tidak berdekatan jarak mereka 1 meter lebih Aurel disisi kanan dan Rega disisi kiri.

"Emang cewek kayak batu, di tawarin baik baik eh malah ngajak perang." Cibir Rega yang terdengar oleh Aurel.

"Lo pulang aja, gue sendiri gapapa gakbutuh lo disini!" Tegas Aurel.

"Gak gue tetep disini, kata Meisha tadi Lo takut hujan badai.dan beberapa detik lagi hujan badai masa lo pingsan sendiri disini." ucap Rega.

"Apa peduli lo, udah pulang aja Lo!"

"Gak!"

"Terserah!" Aurel sangat kesal dengan Rega.

Detik berikutnya hujan turun bersamaan dengan lebat dan badai yang cukup kencang Aurel merasa sekujur tubuhnya dingin dan gemetar, bibirnya memucat begitu juga dengan wajahnya.

Rega memperhatikan Aurel yang mulai ketakutan dan wajahnya pucat itu dia langsung mendekati Aurel dan melepas jaketnya untuk dipakaikan ke Aurel agar tidak kedinginan.

"Cewek kayak lo yang suka ngegas ke gue takutnya sama hujan," gumam Rega sembari matanya menatap wajah Aurel.

Aurel benar benar takut dia berfikir kalau akan ada petir ditengah badai ini, tiba tiba tubuhnya memeluk Rega karena mendengar petir menyambar dengan suara yang keras, Rega spontan membalas pelukan Aurel agar Aurel lebih tenang dan tak takut.

"Kan, tau gini dari tadi lo nurut semenit yang repot gue kan jadinya." Gerutu Rega ke Aurel yang mendekap didada bidangnya.

Rega merasakan tangan Aurel bergetar dan sangat dingin,

"Aduh anak orang hampir pingsan gimana nih?" tanya Rega pada dirinya sendiri.

"Lo gapapa Rel? nggak pingsan sekarang kan?" Rega menepuk bahu Aurel yang masih mendekap padanya.

"Gue mau pulang, takut disini." Lirih Aurel dengan suara gemetar membuat Rega bingung.

"Aduh nyusahin beneran kan. Mana hujannya juga nggak reda reda." ucap Rega dengan seribu kebingungannya.

Beberapa detik kemudian Aurel tidak pingsan namun tertidur didalam pelukan Rega, Rega mendengar dengkuran halus dari Aurel.

"Yah keenakan gue peluk tidur nih cewek." gumam Rega.

Hujan mulai reda, Rega pun membangun

kan Aurel yang tidur didalam pelukannya.

"Bangun neng, ada kebakaran." Rega menepuk pipi Aurel sembari berbisik ditelinga Aurel.

Aurel lantas terbangun dan panik karena Rega bilang ada kebakaran, Rega yang memperhatikan Aurel malah menertawakannya. Aurel sadar kalau ini hanya ulah Rega agar dia terbangun.

Dia melihat ke seragamnya yang memakai jaket Rega musuh bebuyutannya yang sekarang masih tertawa menertawakannya, Aurel lantas melepas jaket yang tadi saat hujan badai Rega berikan kepadanya dan melempar ke muka Rega.

"Emang definisi cowok ngeselin brandal kayak lo nyata banget!" Kesal Aurel ke Rega.

"Udah ditemenin, gue pinjemin jaket gue agar lo ga kedinginan kayak anak ayam habis kecebur selokan eh malah ngegas ke gue." ucap Rega sembari memakai jaketnya kembali.

"Gue gak minta buat lo minjemin jaket ke gue, jangan sok peduli!" ketus Aurel ke Rega.

"Terserah deh terserah!ayo sekarang gue anter pulang ga menerima penolakan!" Rega menarik tangan Aurel dan membonceng Aurel dengan motor sport nya.

"Kenapa maksa sih?!" Gerutu Aurel

"Gue nggak mau lama lama disini dingin Rel!" Tegas Rega ke Aurel membuat Aurel kicep.

"Sekali aja kita akur dulu." tambah Rega dengan nada rendah tak seperti sebelumnya.

Aurel memakai helm yang dipinjamkan Rega ke dirinya, dia pun diantar pulang oleh Rega. Disepanjang perjalanan Aurel melihat Rega dari spion, kenapa mendadak jantungnya berdetak tak beraturan.

"Kenapa jantung ku berdetak cepat?apa karena kedinginan?" batin Aurel yang bertanya tanya kenapa jantungnya bisa berdetak.

Orang kalau kedinginan jantungnya berdetak, kan gak nyambung. Jantung Aurel berdetak karena Aurel dekat dengan Rega ditambah Aurel memperhatikan Rega dikaca spion motor.

Rega yang menyadari bahwa Aurel memperhatikannya sedari tadi. Remaja tampan itu pun mulai membuka suara untuk menggoda gadis cantik nya itu.

"Kenapa? jantungan lihat wajah ganteng gue?" tanya Rega ke Aurel saat berhenti dilampu merah.

"Siapa yang lihat wajah burik lo? Jadi cowok kenapa pede banget sih," jawab Aurel dengan sinis.

"Gue tau lo terpesona sama kegantengan gue, iya in aja kenapa sih? Susah banget kalau mau bilang gue ganteng," ucap Rega sembari menancap gas karena sudah lampu hijau dan melajukan motornya.

"Enggak susah, emang muka lo burik gak ganteng." sahut Aurel.

Rega kemudian mengembangkan senyumnya dan Aurel merutuki dirinya sendiri, kenapa bisa memperhatikan wajah Rega disepanjang jalan. Jelas-jelas dia sangat kesal dengan makhluk tuhan satu ini, ah tidak Aurel gayakin kalau dia makhluk tuhan.

Seteleh perjalanan yang tidak cukup jauh namun terasa lama karena Rega mengendarai motor tak secepat biasanya, alesan Rega karena dia tidak mau jatuh dijalan licin habis hujan ini dan juga tak mau membuat anak orang terluka karena dia bawa.

"Rumah lo yang mana?" tanya Rega yang sudah memasuki area rumah Aurel.

"Gausah sok gatau, biasanya yang ngelempar kerikil di jendela kamar gue siapa kalau bukan elo bambang!" jawab Aurel sembari memukul helm Rega.

"Nama anak orang bagus bagus diganti bambang, dasar maemunah!" balas Rega yang tidak mau jika namanya ternistakan.

Sampailah mereka didepan gerbang rumah Aurel, Aurel turun dari motor Rega dan melepas helm yang dipinjamkan Rega untuknya.

Aurel langsung membuka gerbangnya dan berjalan masuk menuju rumahnya namun saat dia mau masuk ke dalam rumah langkahnya terhenti dan dia berbalik badan mengucapkan terima kasih ke Rega.

"Thanks tumpangannya." Ucap Aurel berterima kasih ke Rega,

"Gitu doang? Nggak disuruh masuk ngopi dulu?" tanya Rega ke Aurel.

"Di rumah gue gaada kopi, udah pulang sana." Jawab Aurel mengusir Rega dari depan gerbang rumahnya.

"Sabar punya musuh laknat." Gumam Rega kemudian dia melajukan motornya meninggalkan rumah Aurel menuju rumahnya untuk pulang.

Sampai didalam rumah, Aurel langsung ke kamarnya untuk membersihkan badannya dan istirahat. hari ini cukup melelahkan karena ada saja masalah kecil datang pada Aurel, entah berdebat dengan Rega ataupun sopirnya tadi terlambat untuk menjemputnya ditambah lagi hujan badai tadi yang membuat Aurel sedikit flu.

"Hidung aku gatal banget, merah lagi pasti tadi gara gara kedinginan." ucap Aurel mengaca dicermin yang memperlihatkan hidungnya merah.

Mama Aurel berjalan dari lantai bawah ke lantai atas menuju kamar putrinya untuk membawakan obat dan makanan untuk putri cantiknya itu.

Tangan Hilda mama Aurel mengetuk pintu menunggu putrinya membukakan pintu.

"Aurel ini mama, makan dulu minum obat juga kamu pasti flu kehujanan tadi," Ucap Hilda dibalik pintu kamar Aurel.

Aurel yang didalam mengeringkan rambutnya dia langsung membukakan pintu untuk mamanya.

"Kamu kok bisa kehujanan?" Tanya Hilda ke Aurel

"Tadi sopir Aurel ga jemput ma," jawab Aurel sembari menerima makanan yang dibawakan mamanya untuknya.

"Kok bisa ga jemput, padahal udah mama suruh jemput 10 menit sebelum kamu pulang sekolah." Jelas Hilda

"Nyatanya gaada yang jemput ma, untung tadi Amira, Meisha, sama Aurel dianter temen," ucap Aurel

"Syukur kalau temen kamu baik semua, siapa namanya kalau mama boleh tau?" Tanya Hilda ke Aurel.

"Rega sama sahabatnya." Jawab Aurel.

"Laki laki? pacar kamu ya?" Tanya Hilda penasaran.

"Bukan ma," jujur Aurel

"Gak usah bohong mama tau kok," ucap Hilda tak percaya ke Aurel.

"Terserah mama deh, ini Aurel minum obatnya." sahut Aurel sembari menaruh piring makanannya dan beralih meminum obat yang dibawakan mamanya.