Chereads / THE SILENT IN MIDNIGHT / Chapter 4 - Sebuah Hinaan

Chapter 4 - Sebuah Hinaan

"Kau ini memang dasar anak bedebah! Memalukan saja dirimu ini! Tak bisakah kau mencari makanan sendiri di usiamu ini, hah?!" teriak Ayah Beni.

CLETAAAR! CETAAAR!!!

Bunyi suara sabuk yang bersentuhan dengan punggung Beni itu terasa sangat nyata dan keras. Deon yang mendengarnya pun hanya bisa menutup telinga. Ia tak tahu harus melakukan apa sekarang.

"ANAK TAK BERGUNA! ANAK SIALAN!"

BUGH! BUGH!

Caci maki sudah biasa didapatkan Beni. Ditambah pukulan dan injakan di kepala Beni. Sudah biasa Beni dapatkan. Beni hanya bisa menahan tangis merasakan semua sakitnya.

Ia kemudian diseret ke kandang ayam. Dimasukanlah Beni ke dalam sana beserta makanan yang Deon bawa dengan dicampur dedak ayam. Ibunya menyuguhkan Beni makanan yang sudah tak layak itu.

"MAKANLAH DAN DIAMLAH KAU DISANA!" Ucap Ibunya kemudian meninggalkan Beni yang menangis dengan makanan yang sudah membuatnya mual.

Mau tak mau, Beni memakan makanan itu karena lapar. Meski beberapa kali, ia sempat memuntahkan makanan itu. Ditemani para ayam yang berkokok dan bau kotoran yang semakin membuatnya sesak. Sesakit ini hidup sebagai manusia penyakitan yang tak pernah diharapkan.

•••

Deon sudah tampan dan wangi sekarang. Hari ini, ia mengenakan setelan kaos hitam dan jeans hitam dengan jaket sporty. Ia juga mengenakan sepatu kets putih kesayangannya.

Deon kemudian keluar dari rumah dan kebetulan ayah dan ibunya baru saja pulang. Mereka menatap Deon aneh dengan pakaian serapi dan sewangi ini.

"Kau mau kemana?" tanya Ayahnya yang baru saja pulang dengan ibunya.

"Aku mau menjemput temanku. Setelah itu, aku akan mengenalkannya pada kalian," jelas Deon.

"Perempuan? Kau mempunyai kekasih sekarang?" tanya Ibunya curiga.

"Dia hanya sekedar teman. Tak lebih, aku mengajaknya bermain agar kalian mengenalnya," sahut Deon.

"Hm, baiklah. Tak payah lama-lama mengajaknya bermain. Sebelum jam 6 kau harus mengembalikannya ke rumah orang tuanya," ucap Ayahnya.

Deon pun mengangguk. Ia pun mengeluarkan motornya dan hendak menjemput Aisha. Hampir saja Deon hendak dimarahi karena ketahuan memiliki kekasih. Deon harap, Aisha tidak membocorkan status hubungan mereka.

Di sebuah persimpangan jalan, Aisha sudah menunggu Deon di halte. Sepertinya dia sangat antusias dengan hari ini. Deon pun berhenti tepat di hadapan Aisha.

"Apa kau sudah menunggu lama?" tanya Deon.

"Tidak, baru beberapa menit aku disini dan kau datang. Tak usah khawatir," sahut Aisha mencoba menenangkan kekhawatiran Deon.

"Baiklah, segeralah naik. Kebetulan ayah dan ibu pulang lebih awal. Mereka bisa bertemu denganmu," jelas Deon.

Aisha kemudian naik ke jok belakang yang masih kosong.

"Apa mereka tak mencurigaimu?" tanya Aisha cemas.

"Mereka mencurigainya. Tapi, aku sudah berusaha meyakinkannya. Kuharap, kau tak payah mengatakan status kita yang sesungguhnya," jelas Deon.

Aisha hanya mampu mengangguk paham. Mau tak mau ia harus menerima kenyataan bahwa keluarga Deon itu ternyata lebih rumit dari yang Aisha bayangkan. Baru kali ini, Aisha menemui laki-laki yang dikekang untuk sekedar berpacaran.

Deon pun melajukan motornya. Sepoi-sepoi angin menerpa wajah mereka di sore hari ini. Aisha memeluk erat tubuh Deon. Merasakan kehangatan yang jauh lebih dekat.

Biasanya, mereka hanya bisa bertemu di sekolah dan sekedar saling bertukar kabar. Jika soal kencan, justru ini adalah kencan pertama mereka. Mengingat, Deon tak dibolehkan pacaran dan harus fokus sekolah.

Rumit. Namun seperti itulah kenyataannya. Deon tak pernah merasa terkekang. Yang Aisha lihat justru Deon tampak baik-baik saja dengan semuanya. Walau, memang Deon jauh lebih cuek dibanding laki-laki yang selalu genit kepada Aisha.

Mereka pun sampai setelah 15 menit perjalanan. Deon memarkirkan motornya tepat di halaman depan rumahnya. Ia kemudian mengajak Aisha untuk bertemu ayah dan ibunya serta adiknya.

"Aku pulang," ucap Deon.

Ayah dan ibunya pun melirik Deon yang membawa gadis cantik dengan tubuh semampai itu tersenyum ke arah mereka. Mereka pun membalas senyuman tersebut dengan ramah.

"Halo, apakah kau teman Deon?" tanya Ibu Deon ramah.

"Iya tante, kami satu sekolahan," jelas Aisha malu-malu.

"Kau tampak sangat cantik sekali. Kau tidak menyukai Deon 'kan?" tanya Ibunya penuh curiga.

"Dia hanya sahabatku, ibu. Tak perlu khawatir soal itu," jelas Deon cuek.

Sedangkan Aisha, ia merasa tak enak dengan pengakuan Deon yang menganggapnya sebagai sahabat. Padahal, hubungan pacaran mereka sudah berjalan berbulan-bulan.

"Baguslah, silahkan duduk. Kami tak punya apa-apa selain cookies. Lia! Turunlah, ada teman kakakmu disini!" teriak ayahnya Deon.

Lia pun turun dengan cara berjalannya yang menggemaskan seraya membawa boneka barbienya. Ia kemudian menghampiri Aisha yang tampak asing di hadapannya.

"Ini kakak Aisha. Teman kak Deon, salam padanya!" suruh Ibu Deon.

"Halo kak!" sapa Lia gemas.

"Halo, kamu Lia ya? Cantik ya, imut juga!" puji Aisha seraya berjongkok di hadapan Lia.

"Baiklah, kau sudah mengenal mereka. Sekarang, kuajak kau berkeliling menemui paman dan bibiku," ajak Deon karena merasa atmosfer di rumahnya itu terasa sangat pengap.

Deon kemudian hendak menarik lengan Aisha keluar. Sedangkan ayah dan ibunya menatap Deon curiga. Keluarga yang sangat begitu aneh, pikir Aisha.

"Hei, kenapa kau menarikku? Aku saja belum sempat mengobrol," ucap Aisha.

"Kau harus kenal paman dan bibiku. Juga saudaraku, baru kita akan kembali kesana. Lagipula, aku tak tahu cara berkencan!" tegas Deon.

Aisha hanya bisa menarik napas pelan dengan melihat kelakuan Deon yang memang tampak membosankan. Deon pun mengajak Aisha ke rumah Beni.

"Paman! Bibi! Aku akan memperkenalkan temanku pada kalian!" seru Deon kemudian segera masuk ke dalam rumah. Ada Beni yang sedang membereskan rumahnya yang sempat berantakan karena telah terjadi peperangan tadi.

Aisha melotot kaget kala melihat Beni. Ia sempat mual melihat Beni yang bau dan menjijikkan itu.

"Hueek!!" Aisha mual-mual melihat Beni.

Sedangkan Ayah dan Ibu Beni menatap kesal ke arah Deon.

"Mau apa kau kemari? Mau mempermalukan Beni depan temanmu ini?! Hah?!" tanya ayah Beni yang masih emosi.

"Tidak, aku hanya ingin mengenalkannya. Ia ingin kenal dengan keluargaku," jelas Deon.

"Kita bukan saudara!" cetus ibu Beni.

Sedangkan Beni, ia tertunduk lesu karena melihat perlakuan Aisha yang tampak tak sopan.

"Deon, apa itu saudaramu? Aku jijik sekali melihatnya. Dia bau sekali dan mengerikan. Aku tak kuat disini," ucap Aisha seraya pergi ke luar rumah paman dan bibinya.

"PUAS KAU PERMALUKAN KAMI, DEON?!" Teriak Ayah Beni.

Deon hanya bisa menatap nanar. Kenapa semua orang membenci Beni bahkan Aisha? Deon pun keluar tanpa pamit melihat keadaan yang berantakan. Salahkah ia mengenalkan keluarganya pada gadis yang dicintainya? Deon kemudian mengejar Aisha yang hendak kembali ke rumahnya. Ia muak dengan semuanya. Kenapa harus Beni yang menjadi masalahnya?