Chapter 42 - Rencana

Tiba-tiba Hadyan merasakan sebuah tangan kecil menyentuh pundaknya. Ia berbalik dan tersenyum, membalas lekukan bibir manis dari wajah gadis yang ia cintai.

"Kanapa kau sendirian di sini? Ada apa?" Tanya Tasia.

Hadyan menggeleng "Aku sedang memikirkan sesuatu."

Tasia mengganguk. Meski penasaran dengan apa yang ada di benak sang pangeran, ia tetap tidak akan bertanya. Menurutnya, setiap orang memiliki ruangnya masing-masing yang tidak ingin dimasuki oleh orang lain. Karena selama ini Tasia hidup seperti itu - selalu menutupi sebagian kisah hidupnya dari orang lain - tidak mau orang lain mengetahui bagian kelam dalam hidupnya.

"Dua jam lagi kita akan berangkat pulang. Mau jalan-jalan sebentar?" Tawar Hadyan, lalu mendapat anggukan dari gadis itu.

This is the end of Part One, download Chereads app to continue:

DOWNLOAD APP FOR FREEVIEW OTHER BOOKS