Chereads / SILVER TIME / Chapter 4 - Hari Pertama

Chapter 4 - Hari Pertama

2 September 2015

Hari pertamaku masuk kuliah.

Ba'da Ashar, setelah sembahyang kulipat rapi sajadahku dan kusisir rambutku yang lebat ini. Kusiapkan segera buku binder kosong untuk perkuliahanku dan segera ku masukkan ke dalam tas. Mayoritas orang islam kuliah di sini memakai kerudung, jadi segera kurapikan rambutku lalu kuikat. Kemudian aku memakai kerudung segi empat dengan baju panjang kekinian yang sopan.

Aku menambahkan sedikit riasan di wajahku dan kerudungnya aku model layaknya mbak-mbak senior yang sudah kuliah seperti mbak Alisa, pokok ala-ala nak kuliahan (>_<)

Baiklah! Aku sudah siap!

Tidak lupa aku pamit pada ayah dan ibu, mencium punggung tangannya. Kemudian aku mengucapkan salam dan melambaikan tangan dengan riang untuk pergi ke perkuliahan.

"Aku berangkat." Ucapku yang keluar rumah dengan memasukkan kakiku ke sepatu fantofel ini.

Aku berjalan dengan santai, tak perlu terburu-buru karena jarak rumah ke kampus lumayan dekat. Sambil berjalan kulihat juga arlojiku berkali-kali. "Tidak telat! Tidak akan telat!" pikirku dengan hati yang riang gembira ini.

Kemudian ketika aku sampai di halte di Jalan A. Yani depannya SMP Negeri 2 Lumajang (sekolahku dulu) ... tiba-tiba hp di kantong bajuku bergetar.

'Drrrtttt! Drrrrt! Drrrrt!'

Panggilan tak terjawab "Lidya?"

Aku segera menyeberang jalan.

Aku mengangkatnya setelah menyebrang jalan "Ada apa, beb?" aku menggunakan panggilan akrab ini.

Lidya: "Kamu ada di mana? Aku sudah sampai nih, depan ruang A."

Aku: "Oh ya, aku barusan menyeberang jalan nih. Sebentar lagi sampai kok."

Lidya: "Buruan ya, beb."

Tak kusangka Lidya satu kelas denganku.

Kami benar-benar menjadi teman dekat, bahkan kekompakkan kami menjadi pusat perhatian di kelas. Apa mungkin karena wajah cantikku ini!? Setiap kali aku berjalan rasanya selalu dilirik oleh cowok-cowok di dekat parkiran.

....

"Dosennya mana ya?" tanya Lidya padaku.

"Belum datang kayaknya." Aku langsung menjawabnya.

"Ini benar kelasnya kan?" tanya Lidya lagi.

Aku membuka ponselku lagi dan memastikan jadwalnya yang telah aku foto di depan kaca ruang TU tadi, di mading.

Pelajaran pertama, teori bilangan di ruang B1.

Nama dosennya bu Eka, dia sangat cantik bak boneka.

"Iya bener, beb." Jawabku dengan serius.

"Ayo kita tunggu di dalam, beb." Ajak Lidya padaku.

"Ayo." Jawabku singkat sambil melangkah bersama Lidya.

Kami menunggu di dalam kelas.

Kemudian beberapa cewek mendekati kami dan berkenalan.

"Hai namaku Ivy, salam kenal." Dia cewek yang imut dengan wajah bulat dan bulu matanya indah.

"Namaku Hana, salam kenal." Dia cewek yang sedikit gemuk dan pendek, dia sahabat Ivy sedari SMP. Dia suka sesuatu yang imut dan manis.

"Namaku Sarah, salam kenal." Dia cewek yang perawakannya dewasa, usianya 2 tahun lebih tua dari kami. Dia sudah memiliki suami. Sebentar lagi umurnya mbak Sarah 26 tahun.

Lalu satu lagi, cewek yang agak pemalu dan pendiam, irit bicara "Namaku Aya, salam kenal."

Kami saling berkenalan, berjabat tangan, menebarkan senyum, dan duduk berdekatan.

Lalu teman-teman cowok dari kelompok regu kami datang dan duduk di belakang kami.

....

Di luar sudah sepi, orang yang terakhir masuk ke ruang kelas ini tak lain adalah dosen yang mengajar pelajaran pertama ini 'bu Eka'

Akhirnya, perkuliahan di mulai.

[Teori Bilangan]

Sebelum memulai perkuliahan, bu Eka mengabsen kami terlebih dahulu dari A-Z.

Dipastikan semua sudah masuk ke kelas.

Di balik senyumnya yang manis dan wajahnya yang bisa dibilang cantik imut bak boneka ini, ternyata cara mengajarnya juga sangat santai, kuliah itu tidak seformal di kelas kayak SD, SMP, SMA.

Kami mencoba memahami teorema-teorema yang dituliskannya dalam slide tersebut. Kemudian beliau memberikan kami sebuah buku modul secara online dengan memberikannya ke suatu flashdisk ketua kelas.

"Eh-? Ketua kelas!?" gumamku ..., dalam hatiku "Siapa yang ketua kelas di sini?" Aku melihat sekeliling dan aku pastikan kalau ketua kelasnya bukan aku! Sedari SD aku sering jadi ketua kelas karena mudah di ingat dan populer karena wajah cantikku, kata orang.

Tampaknya ....

[Prodi Matematika]

"Bu, di sini belum ada ketua kelasnya …." Kata salah satu cowok yang ada di bangku depan.

"Kalau begitu siapa yang bawa flashdisk hari ini? Bawa ke sini, bapak mau kopikan file modulnya."

Semua orang tengah sibuk memeriksa tasnya.

Aku tidak memeriksanya, karena aku yakin aku tidak membawa flashdisk. Jangankan membawa, aslinya memang tidak punya :"D

Kemudian laki-laki berkacamata yang cukup tampan yang duduk di pojok belakang maju ke bu Eka dengan memberikan flashdisknya.

"Ini, bu." Ucapnya dengan suara yang begitu berat, lalu menyodorkan flashdisk di tangannya ke tangan bu Eka.

Muka bu Eka agak memerah melihat mahasiswa yang dirasa cukup ganteng itu, dengan segera dia memasukkan ke dalam lubang USB di laptopnya.

Dalam hatiku ... "Eh-!! Aku baru sadar kalau ada seseorang yang setampan ini di kelas kami." Pantesan tadi kenapa semua orang seperti terpikat padanya, dan bu Eka sendiri yang melihat dari dekat, mukanya memerah. Aku hanya terkagum melihat ketampanannya saat berjalan dari depan kelas.

Dari cara berjalan, tatapan dan kharisma yang tersembunyi di balik kacamatanya itu, aku kira dia orang ganteng yang sangat cool abis!! Kenapa aku malah jadi terpesona menatapnya? Seakan-akan air liurku akan jatuh menetes, segera kuteguk ludah pahit ini. 'Glek!'

[Penulis: Apa-apaan sih!? Baru liat cogan aja langsung terpesona, belum tau tuh hatinya seperti apa, hahahaha]

Dahlah lanjut~

Cogan lewat ....

****

"Namamu siapa?" tanya bu Eka pada laki-laki tampan itu , "Saya masih belum hafal kalian yang MaBa." Tambahnya sambil mengembalikan flashdisk yang sudah berisikan materi tersebut ke cowok ganteng itu.

"Nama saya, Muhammad Raka."

"Oh, boleh saya panggil Raka?"

"Ya."

....

"Baiklah, saya putuskan, kamu saja yang jadi ketua kelas."

EEEEEEEEEEEEEEEEE!!!

"Ya, baiklah. Saya bersedia, tapi jika yang lain tidak keberatan." Kata Raka yang menatap bu Eka kemudian mengedipkan mata dan berganti melihat kami semua.

Wajah para cewek yang ada di sini begitu menampakkan pancaran cinta menatap wajah Raka.

"Siapa yang tidak setuju dengan usulan bapak? Atau ada kandidat yang lain?"

Serentak respon para cewek di depanku ... "Kami setuju pak!" di susul denga para laki-laki yang duduk di area sebelah Raka. "Setuju."

"Baiklah."

Sebelum perkuliahan di akhiri, pak Arif berpesan pada MaBa prodi matematika ini untuk membentuk grup kelas di WA. Nanti pak Arif dan guru pengajar lainnya harus dimasukkan ke grup kelas itu.

....

Perkuliahan hari pertama berakhir begitu saja.

Masih ada perkuliahan jam ke-2 setelah Maghrib.

Raka yang ketua kelas meminta nomor telepon pak dosen dan segera membentuk grup kelas.

Kemudian ia menuliskan link grupnya di whiteboard.

Eeeeeee-!! Cukup pandai juga dia, perlahan kami masuk ke grup tersebut. Tadinya kupikir dia akan meminta satu per satu nomor telepon kami semua. Yah~ mana mungkin dia melakukan hal yang tampaknya membuang-buang waktu itu.

....

Muhammad Raka, karena dia sangat tampan dan terlihat jenius ia jadi sulit di dekati oleh beberapa cewek di kelas. Namun kharisma yang terpancar dari tubuhnya ini memikat banyak cewek di dekatnya. Semua orang di kelas segera masuk grup, begitu Raka keluar lebih dulu pas jam istirahat, tersisa beberapa anak cewek yang tampaknya sedang ngomongin Raka, dan jelas mereka ingin saling save kontak WA dengan Raka.

Termasuk aku- "Oups!!" tidak! Tidak! Tidak! Aku hanya suka saat dia yang cool tadinya dengan cara simplenya membentuk grup WA, kupikir dia orang yang cerdas.

****

Lanjut ke kegiatan kami di jam istirahat sebelum maghrib, aku, Lidya, Ivy dan Hana mampir ke warung depan kampus.

"Beb, kamu mau beli apa?" tanya Lidya padaku.

"Hm, aku beli cilot aja deh." Cilot cak Sur depan kampus 5000

"Ok, aku ngikut deh." Lidya beli juga.

"Ivy dan Hana mau ke mana?" tanyaku pada mereka berdua yang melangkah ke arah berbeda.

"Aku mau beli makan di warung sini. Kalian gak mau mampir ke sini juga?" tanya Hana balik pada kami berdua.

"Bagaimana beb?" tanyaku pada Lidya.

"Ya sudah, ayo. Aku ngikut kalian aja deh. Di sana jual minuman kan?" jelas, makan cilot anget butuh minuman adem.

"Iya jual." Jawab singkat Hana sambil melihat warung di sana yang tampaknya menjual minuman dingin dan es.

"Buk, Pecel 2." Kata Ivy yang tengah memesan makanan, kemudian aku, Hana dan Lidya menunggu di meja warung lesehan itu.

"Sudah itu aja? Yang lain? Minumannya?" tawar Ibu warung itu.

"Aku es teh." Selalu es teh.

"Ivy air putih saja." Kata Ivy dengan santai dan duduk di dekatku.

"Hana dan Lidya es jeruk." Hana yang bilang sebagai perwakilan.

"Baik di tunggu ya." Ibu pemilik jualan di warung sedang mempersiapkannya.

....

Di saat kami tengah menunggu pesanan kami, Hana dan Ivy memulai pembicaraan tentang cowok tampan yang ada di kelas kami, Raka. Dia tampak dekat dengannya.

Jujur saja, Raka ganteng abis. Ivy tak segan-segan menchat pribadi Raka untuk mensave kontaknya. Ivy langsung di saveback juga, wih sepertinya keren tanpa canggung ('-' ).

"Kalian nggak mau juga?" tawar Ivy dengan santainya.

Kenapa aku jadi ragu untuk menchat laki-laki secara pribadi.

"Hmm ...." Masih mikir-mikir dulu.

"Aku sudah punya tunangan sih, jadi aku nggak minat sih." Kata Lidya sambil meniup-niup lubang cilotnya yang panas.

"Maklumlah Ivy emang jomblo sih, nggak punya pacar. Jadi sekali ada cogan langsung dia sikat, tapi ujung-ujungnya kalian cuma berteman, hahaha." Ledek Hana dengan membuat candaan.

"Diam kau!!" seketika Ivy menatap sinis ke Hana, "Kau juga jomblo." Kata Ivy membalasnya.

"Ya tapi kan aku tidak selebay kamu vy~" Kata Hana dengan santai. Padahal Hana tadi tidak tahu apa yang sebenarnya di chat Raka dan Ivy, walau penasaran ... kami tidak bisa menanyakannya langsung takut menyinggung privasi orang.

"Huh, dasar gendut!" Ivy memulai serangan pada Hana.

"Hah!? Apa kau bilang? Kalau begitu akan kuhabiskan pecelmu, biar aku tamba gendut!" Hmph!

Hana tidak puas dengan ejekan semata, dia harus membayar ejekan itu dengan perlakuan buruknya.

"Oi, yang bener saja! Jangan rakus dong, aku juga lapar!" Ivy tampak murung saat piring pecelnya di pegang Hana hendak direbut.

Ahahahaha, aku meresponnya dengan tawa kecil saja. Yah~ ini hanya canda, dan Hana sendiri tidak terlalu sakit hati karena dia sudah paham dia gendut.

Akhirnya maghrib tiba.

....

"Aku sholat dulu ya." Kataku sambil mengajak Lidya menuju musholla.

*Lidya Nikitani: biar pun blasteran tapi dia Islam*

"Vy, kamu gak sholat?" tanya Hana.

"Aku halangan, na." Jawabnya sambil tertunduk malu.

"Hoho, lagi pms ya! Pantesan dari tadi ngarep cowok aja ...." Kata Hana yang masih tidak pusa mengata-ngatai Ivy dengan satu candaan saja.

"Aduh! Makin lama makin nyebelin kamu ya! Udah cepet masuk sana, segera sholat keburu magrhibnya habis." Kata Ivy kesal sambil mendorong Hana yang jalannya malas-malasan itu untuk ke musholla.

"Baik." Hana jawab dengan ekspresi datarnya.

....

Bertemu dengan teman baru yang hebat dan menyenangkan, bertemu dengan dosen yang ramah, warung jajan yang dekat, ya seperti itulah cerita kehidupan kampus di hari pertama kuliahku.

****

____________________

Catatan Mengenai Istilah-Istilah Penting

MaBa: Mahasiswa Baru

Prodi: Program Studi