Chereads / School of Persona / Chapter 19 - Rasyid dan Nadia

Chapter 19 - Rasyid dan Nadia

Sesuai rencana, aula utama asrama sudah disekat menjadi dua bagian sebelum jam delapan malam. Bukan sembarang sekat, itu terdiri dari dua lapisan; pertama sekedar menyekat visual, kedua sekaligus menyekat suara. Rencananya pembukaan akan disampaikan oleh Rasyid dari bilik pria dan diperdengarkan ke bilik perempuan. Baru setelahnya, agenda akan dipisah total antara pria dan wanita.

Terimakasih kepada Nalesha yang susah payah menuruti kemauan Saheera soal penyekat ruangan. Ya, memang didesain khusus untuk kajian kajian seperti ini. Haikal bahkan sampai turun tangan mencarikan pengrajin. Sangat supportif bukan?

Satu per satu penghuni asrama yang Muslim memadati ruangan, menyalami Rasyid dan Nadia yang sudah datang beberapa menit lalu. Dua orang aktivis masjid itu tampaknya senang sekali bisa berkunjung kembali di majelis penuh manfaat.

"Kak Naaaad!" Dhaiva berlarian memeluk Nadia. Memang selalu pecicilan, untung Nadia penyabar, segera memeluk Dhaiva, Dhaivaa, apa kabar Dek? Lancar-lancar sekolahnya?"

"Alhamdulillah lancar dong Kak. Kakak gimana? Jadi tuh yang itu?" Dhaiva menaik-naikkan sebelah alisnya seolah menggoda, membuat Nadia balas mengerutkan dahi, "Yang apa sih?"

"Hayoo Kak Nad sama Dhaiva rahasia apa nih? Spill the tea dong," sahut Saheera yang entah kapan kembalinya.

"Itu loh, kalian gak tau ya Kak Nadia kan mau nik ..."

"Heh! Shut! Diem," potong Nadia cepat, membekap pelan mulut Dhaiva yang sangat ember itu. Namun sayang, Saheera dan beberapa yang ada disana sudah terlanjur mendengar, "Cieee Kak Naaad sama siapa? Kapan? Kok Kita gatauu?" Abidin paling antusias.

Alhasil Nadia hanya bisa menghela nafasnya dalam-dalam, "Iyaa, lagi proses nih. Taaruf gitu. Doain aja ya semoga yang terbaik," ujarnya.

"Aaamiiiinnn!" seru mereka keras-keras.

TOK TOK!

Suara sekat ruangan diketuk seseorang dari bilik pria, "Ribut amat nih cewe cewe? Jangan menggosip di majelis lhoo," ujarnya. Oh, rupanya Iqbaal yang selalu punya ekstensi kuping tambahan soal pembicaraan anak anak asrama.

"Sirik aja Bang Iqbaal. Gak punya gosip sih kalian para akhi, haha!" ledek Dhaiva.

"Dhaiva, istigfar dulu Dek," sambung Rasyid, membuat yang ditegur malah histeris dalam diam. Nadia yang melihat hanya geleng geleng kepala sekaligus tertawa. Beginilah, tarik menarik antara keseruan dan syariat dimata Nadia jika sedang mengisi mentoring di School of Persona. Rombongan Dhaiva memang selalu seperti itu.

Beberapa menit kemudian usai semua peserta mentoring itu berkumpul, acara pun dimulai. Nalesha sebagai moderator mempersilakan Rasyid menyampaikan agenda dan fokus utama kegiatan mentoring selama satu tahun kedepan. Menyesuaikan kebutuhan anak anak dan kurikulum School of Persona yang telah ditentukan Adri dan Haikal, Rasyid dan Nadia sebagai mentor akan membantu membina kepribadian dan pengembangan diri dari sisi religius.

Mereka sangat concern, bahwa pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi harus berdampingan dengan pemahaman akan agama yang mereka anut. Karena bagaimanapun juga, manusia diciptakan oleh Tuhan, pun Tuhan telah memiliki 'standard operation procedure' bagaimana menjadi manusia yang sukses dan bahagia.

Rasyid menyampaikan bahwa Ia tidak ingin para penghuni SP khususnya yang Muslim menjadi 'kekeringan' ditengah sengitnya tugas dan persaingan yang mereka hadapi di era serba bisa ini.

****

Nalesha mendorong bilik pemisah ruangan ke belakang dibantu Saheera. Sepertinya hanya mereka berdua yang tanggap begitu acara mentoring selesai digelar. Sisanya? Asik berbincang bincang sampai berfoto dengan para mentor. Ya, seperti itu lah kehebohannya, karena yang lain yang tidak ikut mentoring pun datang bergabung begitu acara selesai. Jelas akan semakin ramai.

"Thank you Lesh," ujar Saheera begitu urusan mereka selesai.

"Alright, sama sama. Thanks juga ya, pembukaan program yang bagus," balas Nalesha memuji.

"Tapi so far ada masukan gak Lesh?" tanya Saheera, berakhir mereka yang keluar ruangan karena terlalu bising di dalam. Mengobrol di balkon lantai tiga sepertinya tidak terlalu buruk. "Sejauh ini sih ya menurutku gak ada kok. Kalau buat programnya ya, kalau buat peserta sih ada."

"Oh ya? Apa tuh?" Saheera penasaran.

"Lebih ke serius enggaknya mereka ikutan mentoring sih. Apalagi yang cewe cewe ya Aku liat dan denger tadi agak ribut, centil. Kan esensi mentoring gak begitu toh? Tapi ya gimana ya Ra kalau sebangsa Dhaiva gak ada juga bakal burden, karena jadinya krik krik," jawab Nalesha santai setengah tertawa. Tentu Ia tak mau menghakimi terlalu jauh karakter teman temannya.

Saheera mengangguk, balas tertawa pelan, "Bener sih Lesh, mereka kan selalu jadi penghidup suasana ya. Mungkin nanti Aku sampaikan ke Kak Nadia soal itu, biar dibantu penertibannya. Berhubung ini hari pertama mungkin ya mereka masih agak ... pengen ... 'temu kangen' mungkin? Haha gak tau sih, tapi ya ... nanti kedepan Kita coba ubah," terangnya panjang lebar. Agak kikuk juga menjelaskan bagian 'temu kangen'. Seperti apa saja.

Nalesha tersenyum penuh arti, "Yah, makasih banyak sekali lagi, Saheera yang selalu mau diminta double job desc," tutupnya.

"Sama sama. Kalau gitu ..." ucap Saheera terpotong karena ponselnya berdering, membuat Nalesha juga tidak jadi ke dalam lebih dulu.

"Oh Bunda nih video call, tumben," lapor Saheera.

"Oh gitu? Yaudah angkat aja."

Saheera menurut, menjawab panggilan Adri semalam ini, "Halo Bundaa, Assalamualaikum!" salamnya, mengarahkan ponsel ke arahnya dan Nalesha yang melipat tangan dibelakang, "Halo Bund? Apa kabar? Sehat?" sambung Nalesha.

"Alhamdulillah ..." Haikal tiba tiba masuk ke layar, "Eyy berdua aja yang ketiga setan loh Ra, Lesh!" ledek Haikal.

"Ehh! Ayah Bunda apa kabar? Kok gak kesini?" Kali ini Iqbaal, datang datang merangkul Nalesha akrab.

"Nah ini kan Bun maksudnya yang ketiga setan?" tunjuk Nalesha pada Iqbaal yang clueless.

Haikal dan Adri hanya tertawa, "Enggak enggak, mau tanya aja ini gimana mentoring akbarnya? Sukses gak? Lancar?" tanya Adri mengembalikan fokus.

Ketiganya kompak mengangguk, Iqbaal mengacungkan jempolnya, "Lancar Bund, koordinatornya Saheera soalnya," ujarnya menunjuk nunjuk si paling dekat dengan layar.

"Waaah, selamat ya, semoga berkah acaranya sampai nanti nanti. Tadinya Ayah sama Bunda mau dateng, cuma mendadak ada urusan ini," lanjut Adri mewakili Haikal.

"Iya Bunda gapapa, makasih loh supportnya yang selalu the best!" Nalesha kali ini.

"Sama samaa. Salam ya sama Rasyid dan Nadia, kalian baik baik disana. Yang rajin belajar dan ibadahnya. Kalau ada masalah, bilang sama Ayah sama Bunda ya."

"Siaaap!"